Ketika saya tiba di Jepang, yakni tanggal 2 April 2006, saya kembali teringat suasana 6 tahun lalu, saat saya mendapat tugas menghadiri seminar tetang sekolah kejuruan di Tokyo
tepatnya tanggal 24 September s/d 10 Desember 1999.Terekam dengan jelas suasana kota Tokyo yang teratur, bersih dan masyarakatnya yang sangat santun, jujur , disiplin, dan pekerja keras. Walaupun hanya 3 bulan terasa banyak sekali hal-hal baru yang saya peroleh baik secara langsung maupun melalui interaksi dengan teman – teman sesama peserta seminar.
Sekarang sudah kurang lebih 7 bulan saya bekerja di Sekolah Republik Indonesia Tokyo yang lebih dikenal dengan sebutan SRIT. Saya sangat mencintai intitusi ini, SRIT ini istimewa bagi saya, karena dapat memberi manfaat ganda bagi anak didik, yakni berupa pengetahuan sebagaimana sekolah yang ada di Indonesia dan pengalaman diplomasi pendidikan, seni dan budaya. Pengalaman yang kedua tadi adalah merupakan keunggulan bagi para siswa SRIT, jika dapat mencermati dan memanfaatkan momen-momen penting yang selalu diikuti dan dilihat disekitar kita.
Saya melihat ada salah satu budaya bangsa Jepang yang sederhana namun manfaatnya sangat luar biasa dalam kehidupan ini, yakni budaya bersih. Bangsa Jepang dimanapun dan kapanpun selalu menerapkan budaya bersih ini, di jalan, di toko-toko, dikantor, dirumah dan juga disekolah.
Kita bangsa Indonesia memang harus mengakui bahwa belum menerapkan budaya bersih ini dalam segala aspek, padahal sudah tahu akan pentingnya kebersihan ini dalam kehidupan kita, bahkan dalam agama Islam bersih adalah sebagian daripada iman.Hidup bersih akan berdampak pada jiwa kita, contohnya jika rumah kita bersih maka hati kita akan senang dan terasa betah dirumah, demikian juga jika suasana kelas, lingkungan sekolah bersih maka suasana belajar akan terasa lebih nyaman dan enak, sehingga hasil belajar akan lebih maksimal
Orang bijak mengatakan bahwa, dirimu adalah apa yang kamu lakukan setiap hari, sesuatu yang dilakukan berulang akan menjadi kebiasaan, kebiasaan yang diulang akan menjadi adat atau budaya, adat yang diulang akan menjadi kepribadian, nah kalau sudah menjadi kepribadian, maka akan menjadi landmark kita, apa yang selalu kita ulang tadi. Contohnya anak yang selalu terlambat, maka akan terbiasa dengan suasana terlambat atau tidak merasa bersalah kalau dirinya terlambat, Orang yang setia harinya selalu menggunjing, maka bukan dirinya kalau tidak menggunjing, demikian juga anak yang selalu ribut dikelas maka dimanapun akan terinpirasi untuk ribut. Alangkah indahnya jika kebiasaan yang selalu diulang itu sebuah kebaikan, misalnya kebersihan, kesopanan, keramah-tamahan, disiplin dan lain sebaginya.
Belajar dari makna pengulangan tadi, maka saya mengajak kepada semua guru dan siswa SRIT untuk mencoba membiasakan budaya bersih, yakni pada tahap awal setiap Jum’at pagi jam 08.30-09.00 membiasakan untuk melakukan bakti diri pada intitusi dan masyarakat yakni dengan membersihkan lingkungan sekolah dan sekitarnya, dengan tujuan membentuk budaya bersih dilingkungan siswa dan guru SRIT dan menjaga kebersihan lingkungan sekolah
Memang kebiasaan yang baik itu pada mulanya berat dan susah, namun kalau sudah dilakukan terus menerus, insya Allah akan menjadi bagian dari budaya dan kepribadian kita. Amien
Akhirnya saya berharap kiranya program budaya bersih ini mendapatkan respon dan dukungan positif baik dari guru, siswa dan orang tua siswa sehingga kalau kelak kita kembali ketanah air ada sedikit oleh-oleh yang dapat kita tunjukkan kepada masyarakat di Indonesia.
Sekian, terima kasih.